KhalifahLife.com | Meningkatnya korban tewas akibat epidemi Ebola, banyak warga di Afrika Barat menjadi lebih relijius sebagai jalan terakhir untuk memerangi penyakit menular tersebut di tengah situasi yang semakin membuat putus asa.
"Saya percaya kita semua di tangan Tuhan sekarang. Masalah Ebola ini membuat kita menjadi ketakutan, jadi daripada duduk di rumah, saya lebih memilih untuk pergi ke gereja dan berdoa karena saya tidak tahu apa lagi yang bisa kita lakukan," tutur Annette Sanoh, seorang pedagang pasar kepada The Guardian.
"Kami berdoa agar Ebola tidak menjadi bagian dari kami dan kami berdoa untuk harapan itu," Sanoh menambahkan.
Karena takut wabah Ebola, Sanoh yang berasal dari Sierra Leone, mulai rajin pergi ke gereja hampir setiap malam. Biasanya dirinya hanya seminggu sekali ke gereja seperti banyak warga Kristen lainnya.
Di negara-negara Afrika Barat warga didesak untuk lebih relijius dan tetap berpegang teguh pada agama mereka sebagai satu-satunya cahaya dalam kehidupan di tengah ketakutan mereka atas virus Ebola.
Sementara itu warga Muslim diserukan untuk membaca Al-fatihan, warga Kristen, doa Bapa kami dan Hindu Namaste, sebagai bagian dari usaha untuk menghindari Ebola.
Namun, para pejabat setempat memperingatkan agar pelayanan keagamaan yang dihadiri oleh ribuan harus berhati-hati, karena bisa memicu rantai baru transmisi penyebaran Ebola.
Untuk korban Ebola, menghindari diri dari publik bukanlah pilihan di tengah ketakutan masyarakat untuk berinteraksi lebih dekat.
"Meskipun saya selamat dari Ebola, tak seorang pun ingin mendekati saya," ujar Abou Fofana dari Guinea yang penduduknya mayoritas Muslim.
Fofana menekankan bahwa percaya kepada kdir tAllah adalah satu-satunya alasan di balik kelangsungan hidupnya.
Dengan meningkatnya jumlah kematian akibat Ebola, warga Kristen Liberia beralih ke metode lain untuk melakukan pelayanan keagamaan untuk menghindari berinteraksi secara langsung dengan orang banyak.
"Hari ini kita pergi ke gereja, kita bernyanyi, tapi kami tidak lagi melaksanakan tradisi lewat perdamaian. Kita tidak lagi berjabat tangan," kata pendeta Amos Teah.
"Kami bahkan berpikir untuk menggunakan sendok ketika melayani persekutuan untuk menjatuhkan roti ke telapak seseorang, menghindari kontak langsung dengan orang itu," tambahnya.[af/onislam]
Home »
Berita Internasional
,
HeadLines
» Ebola Bikin Beberapa Warga di Afrika Barat Jadi Lebih Relijius

0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !