MUSH’AB BIN UMAIR [1] - Situs Portal Berita Keluarga Muslim Indonesia
Headlines News :
Home » , , , , , » MUSH’AB BIN UMAIR [1]

MUSH’AB BIN UMAIR [1]

Thursday, April 17, 2014 | 11:25 PM

Keteguhan Hati

Khalifahlife.com - Mush’ab bin Umair adalah satu diantara para sahabat Nabi saw. Dia seorang remaja Quarisy paling menonjol, paling tampan, dan paling bersemangat.

Para penulis sejarah biasa menyebutkan sebagai “Pemuda Mekah yang menjadi sanjungan semua orang”

Dia lahir dan dibesarkan dalam limpahan kenikmatan. Bisa jadi, tak seorang pun di antara anak muda Mekah  yang dimanjakan kedua orang tua seperti yang didapatkan Mush’ab bin Umair.

Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah dan manja, selalu dielu-elukan, dan bintang di setiap rapat dan pertemuan, akan berubah menjadi tokoh dalam sebuah cerita keimanan dan perjuangan demi membela Islam...?

Sungguh satu kisah penuh pesona... Kisah perjalan Mush’ab bin Umair atau kaum muslimin biasa menyebutnya ``Mush’ab Al-Khair (yang baik) ...”

Dia adalah satu di antar orang-orang yang ditempa oleh Islam dan didik oleh Muhammad saw.

Seperti apakah dia...?

Sungguh, kisah hidupnya menjadi kebanggan seluruh umat manusia.

Suatu hari, anak muda ini mendengar berita tentang Muhammad yang selama ini dikenal jujur... Berita yang juga mulai didengar oleh warga Mekah... Muhammad yang selama ini dikenal jujur itu (Al-Amin) menyatakan bahwa dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Mengajak umat manusia beribadah kepada Allah yang Maha Esa.

Perhatian warga Mekah terpusat pada berita ini. Tiada yang menjadi buah pembicaraan mereka kecuali tentang Rasulullah saw. Dan agama yang dibawanya. Tak ketinggalan anak muda yang manja ini. Dia terlihat sangat serius mendengarkan berita ini. Meskipun usianya masih muda, ia menjadi bintang di setiap rapat dan pertemuan. Kehadirannya di setiap rapat dan pertemuan selalu di nanti. Gayanya yang mempesona dan otaknya yang cerdas merupakan keistimewaan Mush’ab bin Umair yang mampu menyelesaikan banyak persoalan.

Di antara berita yang didengarnya ialah Rasulullah bersama pengikutnya biasa berkumpul di satu tempat yang jauh dari gangguan orang-orang Quraisy. Yaitu, di Bukit Shafa, dirumah Arqam bin Abul Arqam. Dia pun segera mengambil keputusan. Di suatu senja, dia bergegas ke rumah Arqam bin Abul Arqam.

Di rumah itulah Rasulullah bertemu para sahabatnya, mengajarkan ayat-ayat Al-Quran dan melaksanakan shalat.

Mush’ab masuk dan duduk di sudut ruangan. Dan, di sinilah perubahan akan dimulai. Ayat-ayat Al-Quran mulai mengalir dari hati Rasulullah. Bergema melalui kedua bibir beliau. Mengalir menembus telinga,  merasuk ke dalam hati.

Mush’ab terlena, terpesona oleh kalimat-kalimat itu. Dia terbuai, melayang entah kemana.

Rasulullah mendekatinya, mengusap dada Mush’ab dengan penuh kasih sayang. Dada yang sedang panas begejolak itu akhirnya menjadi tenang dan damai, setenang samudera yang dalam.

Setelah itu, hanya dalam waktu yang sangat singkat, pemuda yang telah masuk Islam ini berubah menjadi pemuda yang arif bijaksana. Jauh melebihi usianya. Ditambah lagi dengan semangat dan cita-citanya yang kuat. Semua itulah yang nantinya mampu mengubah perjalanan sejarah.

Khunas binti Malik, ibunda Mush’ab, adalah seorang wanita yang berkpribadian kuat. Ia seorang wanita yang disegani bahkan ditakuti.

Ketika Mush’ab masuk Islam, tiada satu kekuatan pun yang ditakutinya selain ibunya sendiri. Bahkan, seandainya seluruh Mekah, termasuk berhala-hala, para pembesar dan padang pasirnya berubah menjadi satu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan mengahnacurkannya, Mush’ab tidak akan bergeming sedikit pun. Akan tetapi, jika ibunya yang menjadi penghalang, maka itulah rintangan yang sesungguhnya.

Mush’ab segera mengambil keputusan untuk merahasiakan keislamannya sampai Allah memberikan keputusan yang terbaik.

Mush’ab selalu datang kerumah Arqam menghadiri majelis Rasulullah. Dia merasa bahagia dengan keislamannya. Bahkan, rela jika harus menerima kemarahan ibunya yang sampai saat ini belum mengetahui keislamannya.

Tetapi di kota Mekah tiada rahasia yang tersembunyi, apalagi dalam suasana seperti itu. Mata-mata kaum Quraisy berkeliaran dimana-mana. Mengintai setiap gerak dan langkah.

Seorang lelaki bernama Usman bin Thalhah, di satu waktu, melihat Mush’ab memasuki rumah Arqam dengan mengendap-endap. Lalu di waktu yang lain dia melihat Mush’ab melakukan shalat seperti yang dilakukan Muhammad dan para sahabatnya.

Akhirnya, berita keislaman Mush’ab sampai juga ke telinga ibunya.

Saat itu, Mush’ab berdiri di hadapan ibu dan sanak kerabatnya serta para pembesar Mekah. Dengan hati mantap dia membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah membersihkan hati para pengikutnya. Mengisinya dengan hikmah dan kemulian, juga kejujuran dan ketakwaan.

Ketika sang ibu hendak membungkam mulut putranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang bergerak cepat itu jatuh terkulai, saat melihata cahaya yang membuat wajah yang berseri itu kian berwibawa dan patut diindahkan. Cahaya yang menimbulkan ketenangan dan rasa pasrah.

Karena rasa keibuannya ibunda Mush’ab tidak jadi memukul putranya. Dia memikirkan cara lain untuk memberi pelajaran kepada putranya yang telah ingkar kepada tuhan-tuhan sesembahannya. Akhirnya, Mush’ab disekap di satu kamar, dikunci rapat dari luar.

Untuk beberapa lama, Mush’abb terkurung dalam ruangan itu, hingga dia mendengar bahwa beberapa sahabat Nabi saw. Hijrah ke Habasyah. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Mush’ab. Dengan sedikit strategi, dia berhasil mengecoh ibu dan para penjaganya. Ia berhasil lolos dari kurungan, lalu ikut ke Habasyah.

Dia tinggal di sana bersama saudara-saudaranya sesama muhajirin. Lalu pulang ke Mekah. Kemudia ia pergi lagi ke Habasyah untuk kedua kalinya bersama para shaabat atas titah Rasulullah saw.

Baik di Habasyah maupun di Mekah, keimana Mush’ab semakin mantap. Dia menapaki pola hidup baru yang diajarkan oleh teladannya: Muhammad saw. Mush’ab sudah mantap kalau seluruh kehidupannya akan diberikan hanya untuk sang pencipta yang Maha Agung.

Pada suatu hari, dia menghampiri kaum muslimin yang sedang duduk disekeliling Rasulullah saw. Melihat penampilan Mush’ab, mereka menundukan  pandangan, bahkan ada yang menangis. Mereka melihat Mush’ab memakai jubah usang yang tertambal-tambal. Padahal, masih segar dalam ingatan mereka bagaimana penampilannya sebelum masuk Islam. Pakaiannya ibarat bunga di taman, menebarkan aroma wewangian.

Adapun Rasulullah, beliau menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati. Kedua bibirnya tersenyum bahagia dan bersabda,

``Dahulu, tiada yang menandingi Mush’ab dalam mendapatkan kesenangan dari orang tuanya. Lalu semua itu dia tinggalkan demi cintanya kepada Allah dan Rasul-nya”

Semenjak ibunya merasa putus asa untuk mengembalikan Mush’ab kepada berhala sesembahannya, dia mengehentikan segala pemberian yang diberikan kepada Mush’ab. Bahkan, dia tidak mengizinkan makanannya dimakan orang yang telah mengingkari berhala-berhala itu, meskipun orang itu adalah anak kandungnya sendiri.

Terakhir kali bertemu Mush’ab adalah saat hendak mencoba mengurungnya lagi, sewaktu Mush’ab pulang dari Habasyah. Mush’ab pun bersumpah dan menyatakan tekadnya untuk membunuh orang-orang suruhan ibunya bila rencana itu dilakukan. Mengetahui tekad putranya yang begitu kuat, maka sang ibu membatalkan niatnya. Keduanya berpisah dengan cucuran air mata.

Perpisahan itu memperlihatkan kegigihan luar biasa dalam mempertahankan kekafiran, di pihak sang ibu, dan kegigihan yang juga luar biasa dalan mempertahankan keimanan, di pihak sang anak. Ketika sang ibu mengusirnya dari rumah, ``Pergilah sesuka hatimu. Aku bukan Ibumu lagi.” Mush’ab menghampiri ibunya dan berkata, ``Wahai Ibu, ku sangat sayang kepada Ibu. Karena itu, bersaksilah bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”

Sang ibu menjawab dengan marah, ``Demi bintang-gemintang, aku tidak akan masuk ke dalam agama itu.  Otakku bisa rusak, dan buah pikiranku takkan diindahkan orang lain.”

Mush’ab meninggalkan kemewahan dan kesenangan yang pernah dialaminya, dan memilih hidup miskin serta kekurangan. Pemuda ganteng dan perlente itu, kini hanya mengenakan pakaian yang sangat kasar, sehari makan dan beberapa hari rela menahan lapar. Akan tetapi, jiwanya yang telah dihiasi akidah suci dan cahaya ilahi, mengubah dirinya menjadi seorang manusia yang lain. Manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani. [bersambung]
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
KANAL : REDAKSI | IKLAN | HUBUNGI KAMI
Copyright © 2011. Situs Portal Berita Keluarga Muslim Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger