Khalifahlife.com - Kembali, kasus pelecehan seksual terjadi pada anak-anak. Seorang anak TK menjadi korban pelecehan seksual di sekolahnya yang dilakukan oleh petugas cleaning service sekolah tersebut.
M, murid TK di JIS, diduga menjadi korban kekerasan seksual. Ibu korban, T, menduga pelaku merupakan petugas kebersihan di sekolah tersebut dan lebih dari dua orang. Ibu korban melaporkan dugaan kekerasan seksual terhadap anaknya ke Polda Metro Jaya berdasarkan Laporan Polisi Nomor: TBL/ 1044/III/2014/PMJ/ Ditreskrimum tertanggal 24 Maret 2014 terkait dugaan pelanggaran Pasal 82 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Seperti diberitakan Koran Sindo.
M (5), bocah yang menjadi korban pelecehan seksual oleh petugas kebersihan di sekolahannya Jakarta International School (JIS), diduga telah menjadi korban sejak pertengahan bulan Maret 2014, lalu.
Pengacara korban Andi M Asrun menuturkan, awalnya M enggan bercerita kepada orang tuanya. Namun, sang ibu melihat adanya kejanggalan dalam membuang air kecil.
"Anaknya aja baru cerita, tiba-tiba kok ngompol. Tiga minggu sampe kencing bernanah. Itu artinya ada gejalanya terulang dan terulang," ujar Andi pada Merdeka saat tiba di JIS Jalan Terogong Raya Nomor 33, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Selasa, (15/4).
Sementara itu, Sekjen KPAI Erlinda mengatakan kasus ini memang sengaja tidak boleh di ekspos media. Sebab, kata dia, anak di bawah umur harus mendapatkan perlindungan.
Polisi terus berupaya mengungkap kasus pelecehan seksual yang menimpa M, siswa Taman Kanak-kanak (TK) Jakarta International School (JIS). Dua tersangka yang kini ditahan diduga memiliki kelainan seksual.
Hal itu diketahui setelah polisi melakukan pemeriksaan kejiwaan terhadap dua pelaku, yakni Agun dan Firziawan. ”Punya penyakit psikis dan masuk dalam golongan homoseksual,” tutur Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto di Jakarta kemarin.
Dua tersangka tersebut telah mengakui perbuatannya. Menurut Rikwanto, Agun dan Firziawan ditetapkan sebagai tersangka setelah terbukti ada bakteri di anus korban yang identik dengan kedua pelaku berdasarkan uji laboratorium. ”Kedua tersangka mengakui melakukannya (pelecehan) pada 20 Maret di toilet sekolah,” jelasnya.
Jadi modusnya para tersangka yang merupakan petugas kebersihan itu mengamati aktivitas siswa sehari-hari seperti yang buang air kecil atau sekadar cuci tangan. ”Mereka amati siapa yang bisa diperdayai,” paparnya. Akhirnya M pun menjadi korban mereka karena dinilai lemah.
Kemarin siang Polda Metro Jaya juga menetapkan satu tersangka lain, yaitu Afriska. Tersangka yang berjenis kelamin perempuan ini tidak ditahan karena belum cukup bukti. Dia hanya dikenai pasal turut serta. “Dia hanya mengetahui, tapi tidak melapor,” kata Rikwanto. Sementara dua orang yang masih diperiksa intensif adalah Zainal dan Anwar. Keduanya sejauh ini masih berstatus sebagai saksi.
Untuk mengungkap kasus tersebut, polisi juga telah memeriksa pihak sekolah elite tersebut. ”Kita panggil pihak sekolah untuk mengetahui bagaimana perekrutan dan pengamanannya,” katanya. Polisi juga meminta bantuan pihak sekolah untuk mencari kemungkinan adanya pelaku lain atau korban lain. Karena pelaku sudah lama bekerja di sekolah tersebut, yakni sekitar satu tahun.
Pihak outsourcing yang menyuplai para pekerja tersebut juga akan diperiksa. ”Kita sedang dalami proses outsourcing yang menyuplai pekerja apakah diperiksa masalah kejiwaannya atau tidak,” tegasnya. Selain itu, penyidik juga akan kembali menggali keterangan korban yang masih berusia 5 tahun. Metode pemeriksaan korban tidak bisa disamakan dengan orang dewasa.
Menurut Rikwanto, pengakuan yang didapatkan oleh penyidik dari korban masih berubah-ubah. Penyidik harus mencerna bahasa anak untuk dijadikan sumber keterangan. ”Ini anak TK, kita ingatkan kembali, kita buat dia nyaman dahulu, kita ajak dia bermain dan pelan-pelan agar bisa berbicara,” jelasnya.
Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait mengatakan hingga pertengahan April 2014 pihaknya telah mendapat 239 laporan adanya kasus kekerasan terhadap anak di Ibu Kota. Jumlah tersebut belum termasuk kasus yang tidak terlacak atau sengaja tidak dilaporkan oleh orang tua korban. ”Kalau termasuk kasus-kasus yang tidak terlacak mungkin angkanya bisa lebih,” ujar Arist.
Dari jumlah tersebut, 52% merupakan kekerasan berbentuk seksual. Angka ini tentunya sangat mengkhawatirkan bagi masa depan anak bangsa. ”Apalagi yang menjadi keprihatinan kita sebagian besar kekerasan terhadap anak dilakukan orang dekat di lingkungan tempat tinggal dan sekolah,” lanjut Arist pada Koran-Sindo.
Dia menambahkan, pada 2013 laporan angka kekerasan kepada anak di Jakarta mencapai 666 kasus. Dari jumlah tersebut Jakarta Timur menyumbang kasus terbanyak mencapai 166 kekerasan. ”Di mana 68%- nya merupakan kasus kekerasan seksual,” ucapnya. Sisanya di Jakarta Utara terdapat 149 kasus, Jakarta Barat 127 kasus, Jakarta Pusat 118 kasus, dan Jakarta Selatan 106 kasus. ”Jumlahnya hampir merata,” tegasnya. [wn/berbagai sumber]
Home »
anak dibawah umur
,
Berita Nasional
,
cabuli anak
,
Dunia
,
Featured Berita Nasional
,
HeadLines
,
pelecehan seksual
,
sodomi
,
trauma
» Anak TK Menjadi Korban Pelecehan Seksual di Sekolah Internasional
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !