Khalifahlife.com - Marah itu asyik, dengan marah maka semua masalah akan segera selesai karena seketika semua akan terdiam menuggu sang pemarah selesai marah-marah. Banyak orang yang mengalah ketika melihat lawan bicaranya mamanas dan marah-marah. Marah itu asyik, dengan marah maka semua masalah akan segera selesai karena seketika semua akan terdiam menuggu sang pemarah selesai marah-marah. Banyak orang yang mengalah ketika melihat lawan bicaranya mamanas dan marah-marah.
Bagaimana dengan orangtua pada anaknya, Bu Sofi mendengar dari anak putrinya Sarah; “bunda egois, kalau sudah marah, maka kami walau benar harus mengalah pada bunda, hmm… bunda kayak raja, semua harus bunda yang benar dan kalau bunda marah, semua harus diam, ayahpun malas menanggapi bila bunda marah.”
Bunda Sofi termenung, apa iya aku ini sedemikian menyeramkan dimata anak-anak. Lalu bunda Sofi membuat catatan dan rasanya malu, ternyata dalam sehari pasti ada saja yang dia marah pada anak-anak, pembantu, tukang sayur, telepon yang salah sambung, bahkan suaminya sendiri. Bunda Sofi tidak berani marah hanya kepada guru ngaji dan mertuanya.
Akhir-akhir ini, seisi rumah agak tegang, karena Rayhan kecil yang berusia delapan tahun, terlihat mudah bersungut-sungut, mudah meledak karena emosinya dengan wajah berpeluh, bila disenggol sedikit saja, wah hati-hati, Rayhan akan marah seakan-akan ada gunung berapi di puncak kepalanya. Dan melihat Rayhan dari kejauhan, Sarah pun ingin marah juga sebetulnya, suasana rumah makin panas. Abang Ihsan sih enak, jika suasana panas seperti ini di rumah, maka abang Ihsan bebas keluar rumah dengan alasan main basket atau belajar di rumah teman, lalu pulangnya menjelang magrib, dan magrib pun ke masjid, pulangnya isya lalu makan dan tidur, maka hanya sedikit menghadapi kemarahan bundanya.
Bunda Sofi tidak bermaksud marah-marah terus pada anaknya, beliau pun merasa lelah bila sering marah-marah, dimatanya semua tidak teratur, semua berantakan dan semuanya harus mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat.
Namun tidak semua orang kreatif, semaunya sendiri saja dan tidak peka, sehingga hal-hal yang tidak sesuai itulah yang membuat bu Sofi tidak puas dan meledak marah, marah dan marah. Selain itu marahnya makin bertambah melihat ayah yang diam saja, tenang-tenang saja pulang kerja, membaca koran, menghirup teh dan menikmati senja dengan tenang, seakan-akan masalah anak-anak,masalah rumah tangga yang menurutnya tidak memuaskan adalah masalahnya sendiri, dan suaminya tidak peduli. Awalnya ayah diam saja, sabar, namun lama-lama ayah terpancing juga emosinya. Ayah juga kan manusia biasa walaupun ayah sangat rajin tilawah.
Dampak dari amarah pada keluarga, menjadikan kita pribadi yang dijauhi, hati pun tidak tenang dan anak-anak menjadi pemarah juga, selain itu satu sama lain akan saling membentak, melampiaskan emosi yang dipelajari dari kita.
Kita sebagai ibu adalah pendidik utama di rumah, jika mendidik mereka dengan amarah maka yang telahir adalah solusi yang penuh amarah juga dan alhasil anak-anak akan melihat bahwa marah adalah bagian dari curahan emosi salah satu solusi. Begitupun dengan suami, akan lebih suka melakukan kegiatan di luar rumah, bukankah sudah fitrah bagi para suami ketika pulang menginginkan ketenangan?
Mari jadikan rumah tenang dengan meredam amarah, bila ada hal yang tidak disukai, sampaikan baik-baik, bila tidak berubah juga, maka kita kerjakan sendiri, lambat laun anak akan melihat contoh dan tauladan dari kita dan ungkapkan kembali keinginan kita agar anak-anak lebih bersih, lebih baik nilai ujiannya misalnya. Namun bila anak tidak mau dan tidak merasa perlu melakukan apa yang kita inginkan, jangan panik, bicarakan saja dengan santai dan beritahu sebab akibatnya dan kemudian hadapi dengan sabar dan tawakal, berdoalah kepada Allah sebagai Dzat yang membolak-balikkan hati, kita hanya usaha! Allah juga yang punya kuasa, so, jangan marah pada keluargamu, ibuuu bagimu surga...agaimana dengan orangtua pada anaknya, Bu Sofi mendengar dari anak putrinya Sarah; “bunda egois, kalau sudah marah, maka kami walau benar harus mengalah pada bunda, hmm… bunda kayak raja, semua harus bunda yang benar dan kalau bunda marah, semua harus diam, ayahpun malas menanggapi bila bunda marah.”
Penulis : Fifi P. Jubilea (Founder & Conceptor Jakarta Islamic School)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !