Khalifahlife.com - Muharram tiba, tapi kadang tak ada yang istimewa karena di negeri ini dan negeri-negeri lainnya semua aktivitas didasarkan pada perhitungan Masehi. Karena itu, banyak kaum muslim yang mungkin belum mengetahui bahwa Muharram adalah
bulan yang teramat mulia.
Bulan Muharram Termasuk Bulan Haram
Dalam agama ini,
bulan Muharram (dikenal oleh orang Jawa dengan bulan Suro), merupakan salah
satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Lihatlah firman Allah Ta’ala
berikut.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
”Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di
waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci).
Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu
dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)
Ibnu Rajab mengatakan,
”Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan
malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya. Allah pun menciptakan
matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada
orbitnya. Dari situ muncullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu,
Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya
hilal. Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perputaran dan
munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari sebagaimana
yang dilakukan oleh Ahli Kitab.”
Lalu apa saja
empat bulan suci tersebut? Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam bersabda,
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
”Setahun
berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu
tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga
bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan
lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.”
Jadi empat bulan
suci yang dimaksud adalah (1) Dzulqo’dah; (2) Dzulhijjah; (3) Muharram; dan (4)
Rajab. Oleh karena itu bulan Muharram termasuk bulan haram.
Di
Balik Bulan Haram
Lalu kenapa
bulan-bulan tersebut disebut bulan haram? Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah
mengatakan, ”Dinamakan bulan haram karena dua makna.
Pertama, pada bulan tersebut diharamkan
berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.
Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk
melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena
mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk
melakukan amalan ketaatan.”
Karena pada saat
itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai
para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan Ats
Tsauri mengatakan, ”Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di
dalamnya.”
Ibnu ’Abbas
mengatakan, ”Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram,
dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan
lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih
banyak.”
Bulan
Muharram adalah Syahrullah (Bulan Allah)
Suri tauladan dan
panutan kita, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
”Puasa yang
paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan
Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib
adalah shalat malam.”
Bulan Muharram
betul-betul istimewa karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah, dengan
disandarkan pada lafazh jalalah Allah. Karena disandarkannya bulan ini pada
lafazh jalalah Allah, inilah yang menunjukkan
keagungan dan
keistimewaannya.
Perkataan yang
sangat bagus dari As Zamakhsyari, kami nukil dari Faidhul Qodir (2/53), beliau rahimahullah
mengatakan, ”Bulan Muharram ini disebut syahrullah (bulan Allah), disandarkan
pada lafazh jalalah ’Allah’ untuk menunjukkan mulia dan agungnya bulan
tersebut, sebagaimana pula kita menyebut ’Baitullah’ (rumah Allah) atau
’Alullah’ (keluarga Allah) ketika menyebut Quraisy. Penyandaran yang khusus di
sini dan tidak kita temui pada bulan-bulan lainnya, ini menunjukkan adanya
keutamaan pada bulan tersebut. Bulan Muharram inilah yang menggunakan nama
Islami. Nama bulan ini sebelumnya adalah Shofar Al Awwal. Bulan lainnya
masih menggunakan nama Jahiliyah, sedangkan bulan inilah yang memakai nama
islami dan disebut Muharram. Bulan ini adalah seutama-utamanya bulan untuk
berpuasa penuh setelah bulan Ramadhan. Adapun melakukan puasa tathowwu’
(puasa sunnah) pada sebagian bulan, maka itu masih lebih utama daripada
melakukan puasa sunnah pada sebagian hari seperti pada hari Arofah dan 10
Muharram. Inilah yang disebutkan oleh Ibnu Rojab. Bulan Muharram memiliki
keistimewaan demikian karena bulan ini adalah bulan pertama dalam setahun dan
pembuka tahun.”
Al Hafizh Abul
Fadhl Al ’Iroqiy mengatakan dalam Syarh Tirmidzi, ”Apa hikmah bulan Muharram
disebut dengan syahrullah (bulan Allah), padahal semua bulan adalah milik
Allah?”
Beliau
rahimahullah menjawab, ”Disebut demikian karena di bulan Muharram ini diharamkan
pembunuhan. Juga bulan Muharram adalah bulan pertama dalam setahun. Bulan ini
disandarkan pada Allah (sehingga disebut syahrullah atau bulan Allah, pen)
untuk menunjukkan istimewanya bulan ini. Dan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam
sendiri tidak pernah menyandarkan bulan lain pada Allah Ta’ala kecuali bulan
Allah (yaitu Muharram).
Dengan melihat
penjelasan Az Zamakhsyari dan Abul Fadhl Al ’Iroqiy di atas, jelaslah bahwa
bulan Muharram adalah bulan yang sangat utama dan istimewa.
Penulis : Ustadz Muhammad Abduh Tausikal
www.rumahsyo.com

0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !