Ari,
anak Bunda Sari yang baru berusia 9 tahun mengeluhkan kondisi gurunya di
sekolah. Bunda Sari membatin dalam hati, “wah bagaimana ini kalau Ari tidak mau
sekolah, sementara sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Bunda Sari mencoba
membujuk Ari dengan lembah-lembut dan akhirnya Ari pun mau berangkat ke sekolah
dengan hati kacau dan wajah sendu. Bunda pun merasa sedih karena anaknya pergi
ke sekolah tidak dengan wajah ceria.
Bunda Sari kemudian mencari tahu pada berbagai pihak yang
berkaitan dengan sekolah anaknya. Kemudian diperoleh info bahwa memang guru di
kelas 3 ada beberapa orang dan salah satu walikelas yaitu walikelas Ari terkenal
sangat kaku dan keras dalam penanganan terhadap anak. Beliau yang dipanggil Bu
Nani merupakan guru senior, walaupun semua mengakui cara mengajarnya bagus dan
hasilnya anak-anak menjadi luar biasa. Bahkan setelah keluar dari kelas 3,
guru-guru kelas 4 merasakan hasilnya, anak-anak menjadi lebih mudah diatur,
disiplin dan dasar-dasar pembelajaran matematika dan sains sangat kuat sehingga
tidak ada seorang guru pun yang mengeluhkan cara-cara keras dalam pembelajaran
yang dilakukan oleh bu Nani.
Namun anak tetaplah anak, mereka tidak peduli dengan hasil, yang
dilihat adalah seberapa jauh orang dewasa mampu memberikan rasa aman pada hatinya.
Hampir semua anak tidak menyukai cara-cara keras dalam pengajaran,
jangankan anak-anak, kita, orang dewasa pun tidak suka bila diperlakukan dengan
cara yang diktator dan keras tanpa senyum dari atasan kita di kantor misalnya,
ataupun atasan kita ataupun suami misalnya. Walaupun niatnya baik, namun sebaiknya
cara-cara untuk memperoleh hasil yang baik juga harus diperhatikan. Kita
menyukai kelembutan, bahkan Allah mengatakan dalam Al Qur’an surat Al Imron yang
berbunyi;
“Maka disebabkan rahmat
dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS: Ali Imron: 159)
Maka bila kita me-refer
pada ayat Al Quran dalam metode pengajaran, harusnya guru yang diubah caranyakah
atau anak yang diubah hatinya..?

0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !