ChanelMuslim.com - Kemahsyuran Khalifah Umar Bin Khattab Radhiallahu anhu memang tidak bisa dipungkiri hingga akhir zaman. Sosok yang dari lisannya mempunyai banyak hikmah, tegas dalam bersikap dan kharismanya membuat musuh takut hanya karena mendengar namanya. Tetapi, ternyata ia begitu berbeda di hadapan istrinya.
Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa menuju kediaman Khalifah Umar bin Khatab ia ingin mengadu pada Khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun.
Dari dalam rumah terdengar istri Khalifah Umar bin Khatab sedang ngomel, marah-marah.Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.
Apa yang membuat seorang Khalifah Umar bin Khatab r.a. yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun?
Umar Berdiam Diri Karena Ingat 5 hal :
1. Benteng Penjaga Api Neraka
Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah dikemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.
2. Pemelihara Rumah
Pagi hingga sore bekerja dan berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. istri yang selalu siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran dengan penuh cinta, kasih sayang. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami
3. Penjaga Penampilan
Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaiannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu.
4. Pengasuh Anak-Anak
Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh mekar, sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Khalifah Umar bin Khatab r.a. paham benar akan hal itu.
5. Penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Dengan mengingat lima peran ini, Khalifah Umar bin Khatab kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga dipundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.
Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda.
Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Khalifah Umar bin Khatab ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.
Sumber : [Diolah dari Cahaya Iman, edisi kamis, 30
November 2006-11-30] https://m.facebook.com/note.php?note_id=122541397770228&id=100000655298876&ref=mf
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !